Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Al Maa'idah : 120
Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah. Tidak patut kita, manusia, merasa senang dengan kelebihan yang kita miliki. Harta, untuk yang kaya. Jabatan, untuk yang punya jabatan. Rupa, untuk yang diberi kecantikan / ketampanan. Bahkan orangtua, anak-anak, semua hanya milik Allah. Kita hanya dititipi, seperti penitipan / tempat parkir pada perumpamaannya dan pada akhirnya kelak semua yang ada pada diri kita akan dimintai pertanggungjawaban. Apakah kita mensyukuri titipan-Nya, menjaganya, memberinya hak dan kewajiban sesuai aturan pemiliknya ? Apakah kita sudah memposisikan diri sebagai "yang dititipi" ?
Manusia memang sombong. Dulu, kala Allah mengamanahkan bumi dan isinya kepada gunung, gunung yang kokoh menjulang di permukaan bumi ini menolak. Begitu juga yang lainnya. Tapi manusia, dengan angkuhnya, menyanggupi melaksanakan amanah berat itu. Begitulah manusia, yang harus memikul amanah sebagai khalifah di muka bumi. Selayaknya kita kembalikan lagi semua kepada pemilik-Nya, dengan tanpa merasa memiliki sedikit pun. Dunia ini hanyalah fatamorgana, jangan sampai tertipu.
"Barangsiapa yang bersyukur, maka Allah akan menambahkan nikmat-Nya. Dan barangsiapa kufur, maka sesungguhnya adzab Allah sangat pedih." Mudah saja bagi Allah mencabut nikmat yang kita miliki saat ini. Begitu juga, mudah saja bagi Allah memberikan nikmat dari arah yang tidak disangka-sangka kepada kita.
Sesungguhnya semua hanya milik Allah. Kita hanya diwajibkan berikhtiar, dengan rambu-rambu yang diberikan oleh sang pemilik. Selanjutnya tinggal terserah Allah saja apakah mau memberikan yang kita minta atau tidak. Yang pasti, Allah menyuruh kita terus berdo'a, dan Allah berjanji akan mengabulkan tiap do'a hamba-Nya. "Ud'uunii astajib lakum." Berdo'alah, Allah pasti mengabulkan. Bukan hanya itu, Allah pasti akan memberikan yang terbaik bagi hambaNya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.
Orang yang sabar adalah orang yang jika terkena musibah maka dia memahami dan menghayati kalimah “innaa lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun” (QS. al-Baqarah) karena sesungguhnya semua milik Allah dan sesungguhnya semua akan kembali kepada Allah .
Semuanya memang milik Allah. Allah adalah Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu yang lain), sedangkan manusia adalah miskin selalu membutuhkan sesuatu yang lain. Saat manusia lahir sebagai bayi, dia dalam keadaan telanjang bulat, tidak membawa apa-apa, dan belum tahu apa-apa. Saat manusia mati sebagai mayat, dia dalam keadaan kaku, tidak membawa apa-apa kecuali amal dan kain putih dan sudah tidah tahu apa-apa.
Segalanya memang milik Allah. Manusia hanya sekedar “dipinjami” atau “dititipi” oleh Allah. Apa saja yang diperoleh, dirasakan dan dipakai oleh manusia hanya sekedar “barang pinjaman” atau “barang titipan” milik Allah. Suatu saat barang itu akan diminta oleh yang pemiliknya.
Hai seluruh ummat manusia ! Nyawamu, anggota tubuhmu, dan semua kemampuanmu hanyalah sekedar “barang pinjaman” (titipan) milik Allah Subhanahu Wata'ala yang semuanya pasti akan dikembalikan kepada-Nya. Kewajibanmu adalah mengabdikan diri beribadah kepada Allah semata sebagai ‘abdullah' dan mengelola kehidupan dunia menurut petunjuk-Nya (sebagai khalifah), bukan untuk hidup menurut nafsumu.
Kesabaran dan usaha yang keras menjadi kunci untuk mengatasi krisis yang masih melanda dunia. Kesadaran yang mendalam bahwa semua milik Allah dan semua akan kembali kepada Allah akan membawa pada kehidupan yang tenang, damai, dan optimis. Kesadaran ini juga harus diikuti dengan usaha sungguh-sungguh untuk mengatasi problem yang dihadapi.
Wallahu a'lam bishshawab.
Post a Comment