Suatu hari, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam berkumpul dengan para sahabat. Rasulullah berkata, “Umatku akan tertimpa penyakit umat-umat terdahulu.”

Para sahabat bertanya, “Apakah penyakit itu, ya, Rasulullah?”

Nabi menjawab “Berbuat jahat, menentang kebenaran, berlomba-lomba dan bersaing dalam kekayaan, saling menjauhi dan bersikap dengki , sehingga muncul pembangkangan dan kekacauan” (HR. Thabrani).

Tak sedikit waktu yang diberikan untuk hidup, sehingga hendaknya tak melewatkan kesempatan untuk mencermati penyakit-penyakit umat terdahulu yang mungkin bersarang dalam diri kita sendiri. Meskipun tak menyadari dan menyukainya, tak tertutup kemungkinan di antara kita telah menjadi pewaris-pewarisnya atau bahkan penyebar-penyebarnya.

Sungguh bila dicermati, penyakit-penyakit yang disebutkan Rasulullah itu, seperti kejahatan, kedengkian, berlomba-lomba dalam kekayaan, dan berlain-lain, kini semakin akut dan parah. Sehingga membuat hubungan dengan saudara-saudara seiman pun menjadi renggang dan bahkan tercerai-berai. Hal ini terus berlangsung bahkan di bulan kelahiran Nabi.

Namun anehnya, banyak yang malu mengakuinya. Untuk menutupi kejahatannya, sebahagian orang menyewa pembela berlapis-lapis. Ini suatu pertanda bahwa jangankan orang lain, diri sendiri pun sebenarnya tidak senang atau tidak mau menerima perbuatan jahat diri sendiri. Ini bermakna bahwa perbuatan-perbuatan itu sifatnya hina dan memalukan. 

Dan melakukannya terus-menerus adalah bentuk penghinaan terhadap diri sendiri secara berkelanjutan. Yang jelas sudah diberitahukan, surga tidak akan menerima orang-orang yang gemar berbuat kejahatan, kecuali bagi yang telah bertaubat.

0 comments