Dari Abu Dzar ra. berkata: ada sekelompok sahabat Rasulullah berkata, "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya." Beliau bersabda,"Bukankah Allah menjadikan bagi kalian apa-apa yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya pada setiap tasbih ada sedekah, pada setiap tahmid ada sedekah dan pada setiap tahlil ada sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan mendatangi istrimu juga sedekah." Mereka bertanya,"Wahai Rasulullah, apakah jika seorang memenuhi kebutuhan syahwatnya itu pun juga mendapatkan pahala?" Beliau bersabda,"Apa pendapatmu, bila ia menempatkannya pada tempat yang haram, apakah ia berdosa? Demikian pula bila ia menempatkannya pada tempat yang halal, ia akan mendapatkan pahala," (HR. Muslim) 


Suatu ketika seseorang sedang membaca pesan posting di sebuah wall facebook tentang al quran dan Sunnah dan tiba-tiba ia berkata, "SUBHANALLOOH" 

Karena merasa telah mendapatkan pelajaran yang berguna dia mengucapkan puji syukur kepada Allooh dia berkata, "ALHAMDULILLAAH" 

kemudian Ia melanjutkan membaca dan berkata, "Laaa ilaaha illa Allooh" 

Semakin lama dia merasa begitu bersemangat karena tergetar hatinya sehingga ia berkata, "Alloohu Akbar" 

Namun kemudian dia tertunduk malu karena teringat berbagai dosa yang telah lalu dan dia ingin menjadi murni dan bersih dari dosa sehingga ia memohon ampunan dari Allah dengan mengatakan "ASTAGHFIRULLOOH" "ASTAGHFIRULLOOH" "ASTAGHFIRULLOOH" 

Akhirnya karena kasih dan rasa hormat kepada Nabi Muhammad terkasih, ia melanjutkan bershalawat kepada beliau "Alloohumma Shalli 'Ala Sayyidini Muhammad" 

Dengan melakukan ini ia telah mendapatkan banyak pahala dari sisi Allah. 


Apakah Anda tahu siapa orang itu? . . . . . . 

Orang Itu adalah ANDA. . . . . . ya .....anda yang telah membaca dari paragraf awal sampai paragraf terakhir.

Tidak itu saja jika anda mau berbagi pesan, sehingga orang lain akan mengikuti juga, anda akan mendapatkan pahala lain .... MashaAllaah!

“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (Hadits Shahih, Riwayat Muslim)

Wallahu A'lam

Kebaikan adalah apa saja yang dipandang baik oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Keburukan adalah apa saja yang dianggap buruk oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Dengan kata lain, bagi seorang Muslim, standar baik-buruk adalah syariah Islam. Karena itu, dalam Islam: iman itu baik, kufur itu buruk; taat itu baik, maksiat itu buruk; adil itu baik, fasik / zalim itu buruk; beramal shalih itu baik, beramal salah itu buruk; pemurah itu baik, kikir itu buruk; pemaaf itu baik, pendendam itu buruk; pejuang syariah dan Khilafah itu baik, penentangnya itu buruk demikian seterusnya. 

Tentu jika semua itu tolok-ukurnya adalah syariah Islam. dalam Islam, baik pelaku kebaikan ataupun keburukan tentu akan mendapatkan konsekuensi pahala atau dosa. pelaku kebaikan akan mendapatkan pahala dan surga. pelaku keburukan akan mendapatkan dosa dan azab neraka. Namun sesungguhnya konsekuensi bagi keduanya bisa lebih dari itu, yakni saat masing-masing menjadi ‘teladan’ atau ‘ikutan’ bagi orang lain. 

Seorang pelaku kebaikan akan mendapatkan dua pahala: pahala atas perbuatan baik yang ia lakukan dan pahala dari orang yang meneladani atau mengikuti jejak kebaikannya. Demikian pula pelaku keburukan. Ia pun akan mendapatkan dua dosa: dosa atas perbuatan buruk yang ia lakukan dan dosa dari orang yang ‘meneladani’ atau mengikuti jejak keburukannya. Itulah yang ditegaskan oleh Baginda Rasulullah SAW dalam sabda beliau, sebagaimana dituturkan oleh Jarir bin Abdillah (yang artinya), “Siapa saja yang meretas jalan kebaikan di dalam Islam, baginya pahala atas perbuatan baiknya itu dan pahala dari orang-orang yang mengikuti jejak kebaikannya itu tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka. Siapa saja yang meretas jalan keburukan di dalam Islam, baginya dosa atas perbuatan buruknya itu dan dosa dari orang-orang yang mengikuti jejak keburukannya itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR Muslim). 

Maknanya, siapapun yang mempropagandakan kebaikan, baik dengan ucapan atau tindakan, termasuk dengan dukungan, lalu kebaikan itu dilakukan oleh orang lain maka bagi dirinya dua pahala, sebagaimana dijelaskan di atas. Demikian pula hal sebaliknya bagi orang yang mempropagandakan keburukan, baik dengan ucapan atau tindakan, termasuk dengan dukungan. Hadits Nabi SAW yang lain, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, juga mengungkapkan maksud serupa, yakni saat beliau bersabda (yang artinya), “Siapa saja yang menunjukkan jalan kebaikan, bagi dirinya pahala yang serupa dengan pahala orang-orang yang mengikuti kebaikan itu tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka. Siapa saja yang menunjukkan jalan kesesatan, bagi dirinya dosa yang serupa dengan dosa orang-orang yang mengikuti kesesatan itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR Muslim). 

Khusus terkait dengan kebaikan, Baginda Rasulullah juga bersabda (yang artinya), “Demi Allah, hidayah Allah yang diberikan kepada seseorang melalui dirimu adalah lebih baik bagi kamu daripada seekor unta merah.” (Mutaffaq ‘alaih). Unta merah adalah harta yang paling dibanggakan bangsa Arab saat itu; tidak ada yang lebih berharga dari itu (Muhammad ‘Allan, I/336). Baginda Rasulullah SAW juga bersabda (yang artinya), “Siapa saja yang menunjukki orang lain pada kebaikan, bagi dirinya pahala yang serupa dengan orang yang melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim). 

Oleh sebagian ulama, hadits-hadits ini dijadikan dalil atas keutamaan berdakwah atau menyampaikan hidayah Islam kepada manusia. Hadits ini juga menunjukkan arti pentingnya mengamalkan atau menyebarluaskan ilmu. Bahkan ilmu yang diamalkan atau disebarluaskan merupakan salah satu amalan yang pahalanya akan terus mengalir kepada pelakunya meski ia telah wafat. Hal ini sebagaimana sabda Baginda Nabi SAW (yang artinya), “Saat anak Adam meninggal, terputus segala (pahala) amalnya, kecuali tiga: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang selalu mendoakan dirinya.” (HR al-Bukhari dan Muslim). 

Marilah kita berlomba-lomba meretas jalan kebaikan dengan menyebarluaskan ilmu-ilmu Islam yang kita miliki meski ilmu yang kita miliki baru sedikit dengan berdakwah menyebarluaskan hidayah Islam kepada manusia. Dakwah adalah aktivitas mulia karena merupakan aktivitas para nabi dan rasul Allah SWT. Hanya dengan dakwahlah umat manusia bisa memperoleh hidayah-Nya; pada akidah dan syariah-Nya. sebagaimana Baginda Nabi SAW pernah bersabda (yang artinya), “Sampaikanlah dariku walau cuma satu ayat!” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Wallahu A'lam 

Ingin Pahala.....? Share......!!


Sebagaimana kita ketahui bahwa Penyakit Hati (iri , hasud, dengki , buruk sangka , dendam , dll) adalah penyakit psikis yang kronis dan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Selain merusak kehidupan orang lain, penyakit ini sangat menyiksa batin penderitanya. Bahkan ia akan menderita hingga di hari akhirat. Jika Anda termasuk penderita penyakit ini, maka renungkan dengan sungguh-sungguh bahwa penyakit ini akan merusak keimanan, dan amal kebajikan anda.

Langkah-langkah pengobatannya sebagai berikut :

1. Paksa diri Anda untuk menyayangi orang yang menjadi sasaran dengki. Rasa kasih sayang itu akan dapat mengobati tekanan batin Anda yang diakibatkan penyakit dengki. Jika saat itu masih muncul kecenderungan negatif, lawan dan paksalah untuk berbuat baik. Yakinlah secara perlahan hati Anda akan menghormatinya.

2. Lihat kebaikan yang ada pada diri Anda dan renungkan dengan tulus bahwa karunia Allah itu sekarang ada padanya.

3. Paksa diri Anda untuk memuji kebaikannya di depan orang lain orang lain. Meski awalnya perilaku Anda nampak tidak wajar, karena tujuannya untuk perbaikan diri, secara bertahap akan menjadi murni dan tulus. Insya Allah, dari hari ke hari hal itu akan menjadi kenyataan dan hati Anda akan mengikuti lisan untuk mengharga nilai dan kualitas yang baik.

4. Yakinkan pada diri Anda dan pahami bahwa orang yang menjadi sasaran diri Anda adalah hamba Allah. Mungkin kelebihannya adalah karunia Allah yang saat ini Dia tetapkan baginya dan belum bagi Anda.

5. Jika orang yang menjadi sasaran dengki itu adalah seorang ulama yg diberkahi ilmu dan takwanya, Anda harus memahami bahwa dialah orang pilihan Allah, yang diberkahi jasa besarnya. Paksa diri Anda untuk mencintai dan menghormatinya.

6. Di setiap tahap penyembuhan, jangan mengira bahwa pesan moral ini tidak bisa menyembuhkan. Pikiran keliru itu dipengaruhi oleh setan dan nafsu aramah, yang ingin mengacaukan usaha anda untuk sembuh. Berharaplah kepada Allah yang telah berjanji akan membimbing dan membantu mereka yang berjuang melalui karunia-Nya yang tak terlihat.

Ketahuilah bahwa karena penyakit hati, Allah Suhanahu Wata'ala murka dan memutuskan hubungan dengan penderitanya, sehinga ia tidak punya hubungan lagi dengan-Nya.

Wallahu A'lam

Selama nafas masih berhembus, jantung masih berdetak dan roda kehidupan terus berputar, tentu kita masih memiliki kesempatan. Apapun yang kita alami dalam kehidupan ini kejadian yang baik - baik dan kejadian yang buruk - buruk merupakan suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala. ketika hal tersebut sudah menjadi kepastian dan ketetapan yang harus terjadi maka tak ada satu pun yang mampu menghalau ketentuan tersebut tanpa seizinnya.Yang harus kita teguhkan adalah keimanan, keyakinan, tawakkal dan kesabaran untuk menghadapi semuaya. 

Kesabaran adalah hal yang amat dicintai Allah. Sabar merupakan akhlak yang paling asasi dalam ajaran Islam yang hanif, ia adalah pangkalnya akhlak, Kata sabar tertanam kokoh dalam kehidupan seluruh manusia. dalam menjalani segala sesuatu dalam hidup ini butuh kesabaran dalam mengontrol diri dengan semangat yang tinggi dan tekad yang bulat. Kesabaran telah merasuk dalam segala sisi kehidupan kita,   Kesempurnaan dunia dan akhirat hanya akan terwujud dengan kesabaran pada diri kita, hanya dapat dilengkapi dengan kesabaran. Membelenggu diri dalam ketaatan kepada ALLAH artinya selalu taat kepada perintah ALLAH. Membelenggu diri dari perbuatan maksiat artinya menutup pitnu dari perbuatan maksiat. Tanpa mengecilkan akhlak lainnya, kata sabar dalam Al-Qur’an disebut lebih dari 90 kali, sementara tidak ada akhlak lain yang disebut sebanyak itu.

Dalam Al-Qur’an kata ash-shabru lebih banyak disebut daripada kata ash-shidq (kejujuran), juga lebih banyak daripada amanah. Beberapa firman ALLAH tentang sabar :

Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah:153)

Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali ‘Imran:146) Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah:155)

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari.(Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (QS. Al-Ahqaaf : 35)
Penghambaan seorang mukmin dalam kenikmatan adalah selalu bersyukur dan penghambaan dalam kesusahan adalah selalu bersabar. ALLAH Subhanahu Wata'ala berfirman dalam surat Luqmaan ayat 31 yang artinya: Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. (QS. Luqmaan:31)
ALLAH SWT menggabungkan syukur dan sabar dalam satu ayat, karena dengan kedua hal itulah keimanan seorang hamba akan sempurna. Sikap sabar yg diwajibkan ALLAH atas kita adalah sabar yang baik, seperti dalam firman-NYA : Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. (QS. Al-Ma’arij: 5)
Sabar yang baik adalah sabar tanpa diiringi dengan rasa gundah, gelisah dan penuh gerutu. Sabar harus dilakukan oleh lisan dan hati secara bersamaan. Barangsiapa yang ucapan lisannya sesuai dengan hatinya, maka dialah pemilik kesabaran yang baik “Shabrun Jamil”. Orang yang sabar akan terpancar di wajahnya tanda kepasrahan tidak bermasam muka, seakan-akan tidak ada apa pun yang menimpanya. Meskipun tidak berarti hatinya tidak terluka dan tidak menangis.
Wallahu A'lam

Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya; tidak mengantuk dan tidak tidur. 

Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. 

Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. 

Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. 

Kursi (ilmu dan kekuasaan) Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. 


Surat Huud termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, terdiri dari 123 ayat diturunkan sesudah surat Yunus. Surat ini dinamai surat Huud karena ada hubungan dengan terdapatnya kisah Nabi Huud a.s. dan kaumnya dalam surat ini terdapat juga kisah-kisah Nabi yang lain, seperti kisah Nuh a.s., Shaleh a.s., Ibrahim a.s., Luth a.s., Syu'aib a.s. dan Musa a.s.

Pokok-pokok isinya:

1. Keimanan:
Adanya 'Arsy Allah; kejadian alam dalam 6 phase; adanya golongan-golongan manusia di hari kiamat.

2 Hukum-hukum:
Agama membolehkan menikmati yang baik-baik dan memakai perhiasan asal tidak berlebih-lebihan; tidak boleh berlaku sombong; tidak boleh mendoa atau mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin menurut sunnah Allah.

3 Kisah-kisah:
Kisah Nuh a.s. dan kaumnya; kisah Huud a.s. dan kaumnya; kisah Shaleh a.s. dan kaumnya; kisah Ibrahim a.s. dan kaumnya; kisah Syu'aib a.s. dan kaumnya; kisah Luth a.s. dan kaumnya; kisah Musa a.s. dan kaumnya.

4. Dan lain-lain.
Pelajaran-peIajaran yang diambil dari kisah-kisah para nabi; air sumber segala kehidupan; sembahyang itu memperkuat iman; sunnah Allah yang berhubungan dengan kebinasaan suatu kaum. 



Surat Hud mengandung hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok agama, seperti: Ketauhidan, kerasulan, hari berbangkit, kemudian dihubungkan dengan da'wah yang telah dilakukan oleh para Nabi kepada kaumnya.


Wallahu A'lam

Istiqamah adalah menetapi jalan agama Allah.

Menurut sebagian ulama, istiqamah selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, menetapi keimanan dan keyakinan terhadap ajaran dan nilai-nilai Islam. Aplikasi istiqamah dalam kehidupan dengan cara melaksanakan semua kewajiban Islam secara rutin dengan ikhlas, seperti shalat, puasa, zakat, saling menasehati , serta menjauhi larangan-larangan Allah . (amar makruf nahi mungkar)

Istiqamah adalah sikap hidup yang harus ditempuh seorang Muslim dalam menjalani kehidupan ini. Ia berjalan lurus ke depan meraih keridhaan Allah tanpa menengok lagi ke jalan yang lain. Menurut Imam Al Qurthubi, istiqamah adalah terus menerus di suatu arah tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri; maka tetap istiqamahlah dalam menaati perintah Allah. 

Istiqamah, sebuah perkara yang sangat didambakan setiap muslim. karena hanya dengan istiqamah di atas iman dan islam hingga akhir hayat, seorang hamba akan menuai kebahagiaan hakiki di dunia dan di akherat. Berikut ini beberapa kaidah menuju istiqomah, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua 

Saudaraku seiman, perlu diketahui bahwasanya istiqamah semata-mata merupakan karunia dari Allah. Dia memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, bagi siapa saja yang dia kehendaki. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Allah mengajak (manusia) ke Darussalam (surga) dan memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus” (QS. Yunus: 25). Bahkan tidak kurang dari 17 kali dalam sehari semalam, kita memohon istiqamah melalui ayat dalam Al Fatihah, “Ihdinash shirathal mustaqim”. Jika seorang hamba meyakini hal ini, maka ia akan mengikatkan hatinya kepada Allah Ta’ala, dengan senantiasa berdoa agar diberikan istiqamah dalam menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 

Ketahuilah bahwasanya hakikat istiqamah yaitu berkomitmen di atas jalan Allah Ta’ala. Dia berfirman (yang artinya), “Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.” (QS. Al-An’am: 153) 

Bahwasanya istiqamah yang paling pokok ialah istiqamahnya hati. Jika hati seorang hamba istiqamah maka anggota badan yang lain pun akan istiqamah. Diriwayatkan dari shahabat Anas radhiyallaahu ‘anhu secara marfu’, “Tidak akan istiqamah (dengan sempurna) keimanan seorang hamba sampai hatinya istiqamah, dan hati seorang hamba tidak akan istiqamah sampai lisannya bisa istiqamah.” (HR. Ahmad). Terdapat ungkapan pula dalam bahasa Arab, Al mar’u bi asghoroihi, seseorang itu tergantung dengan dua anggota tubuh kecilnya, yaitu hati dan lisan.  istiqamah yang dituntut yaitu as saddad, yaitu berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan sunnah Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam dengan sebaik-baiknya. Apabila kita tidak mampu, maka berusahalah untuk mendekati sunnah tersebut. Sebagaimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wa qaaribu wa saddidu” (HR. Muslim). Yaitu maknanya berusahalah semaksimal mungkin dalam menetapi suatu amalan, namun jika tidak mampu maka minimal berusahalah untuk mendekati hal tersebut (yaitu mengerjakannya dengan sedikit namun kontinyu). 

Istiqamah itu berkaitan dengan perkataan, perbuatan, dan juga niat. Artinya seluruh anggota tubuh kita dituntut agar selalu istiqamah. Lantas bagaimana upaya kita untuk mencapainya ? dalam sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu, terdapat sekerat daging yang apabila baik, maka baik pula seluruh tubuhnya, dan jika rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, sekerat daging itu ialah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim). Diriwayatkan dari shahabat Abu Sa’id Al Khudry, Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika anak Adam memasuki waktu pagi, maka seluruh anggota tubuhnya berpesan kepada lisan seraya berkata, ‘Bertaqwalah kepada Allah karena kami bergantung padamu. Jika engkau lurus, kamipun ikut lurus dan jika engkau bengkok, maka kamipun ikut bengkok” (HR. Tirmidzi). Sesungguhnya seluruh amal perbuatan kita hanyalah mengikuti hati dan lisan kita, jika hati dan lisan baik, maka seluruh anggota tubuh akan baik pula. 

Istiqamah harus dilakukan lillah, billah, wa ‘ala amrillah. Lillah yaitu dilakukan ikhlas karena Allah, semata-mata mengharap wajah Allah Ta’ala (yang artinya). “Maka istiqamahlah kalian kepada-Nya” (QS. Fushilat : 6). Allah memerintahkan kita untuk istiqamah, yang artinya bahwa istiqamah termasuk bagian dari ibadah. Ibadah tidak akan diterima melainkan dengan ikhlas. Billah, bahwasanya istiqamah hanya dapat dilakukan dengan mengharap pertolongan dari Allah Ta’ala. Oleh karena itu sebelum kita meminta istiqamah, terlebih dahulu kita meminta pertolongan Allah, “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” Hanya kepadaMu-lah kami beribadah dan hanya kepadaMu-lah kami memohon pertolongan. Allah Ta’ala juga berfirman, “Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya” (QS. Hud : 123). Perintah untuk bertawakkal menunjukkan perintah untuk senantiasa memohon pertolongan kepada Allah. ‘ala ‘amrillah, harus sesuai dengan syariat Allah. “Maka istiqamahlah kamu, sebagaimana apa yang telah diperintahkan kepadamu” (QS. Hud : 112). Ketujuh Seseorang yang telah mampu mencapai derajat istiqamah, tidak boleh merasa hebat dengan amalannya, tertipu dengan amalannya, dan ujub (bangga). Namun hendaknya ia senantiasa bersandar kepada Allah, bersungguh-sungguh, dan berharap kepada Allah agar amalan-amalannya diterima.

Barangsiapa yang Allah beri petunjuk untuk istiqamah selama di dunia, maka Allah akan memberinya istiqamah pula ketika melewati ash shirath, yaitu jembatan yang dibentangkan di atas permukaan api neraka. Sesuai dengan kadar istiqamahnya selama di dunia, seperti itulah kadar istiqamahnya ketika melewati jembatan tersebut. Maka kemampuan setiap orang berbeda-beda tatkala melewati ash shirath, ada yang melesat seperti petir, ada yang seperti angin, kuda, unta, dalam keadaan berlari, berjalan, bahkan ada yang terlempar ke dalam api neraka. Oleh karena itu saudaraku, ingatlah bahwa hasil jerih payah kita selama di dunia untuk istiqamah akan terganjar di akhirat kelak. Semakin kita mampu untuk istiqamah selama di dunia, semakin kita mampu untuk istiqamah dalam melewati ash shirath kelak. 

Bahwasanya hal-hal yang dapat menghalangi seseorang dari istiqamah ada dua, yaitu syubhat dan syahwat. Syubhat berkaitan dengan aqidah dan pemikiran yang menyimpang, dan syahwat berkaitan dengan hawa nafsu. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan “Rasulullah membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah yang lurus.’ Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaithan yang menyeru kepadanya.” (HR. Ahmad dan Nasa’i, shahih). Garis-garis di kanan kiri itulah syubhat dan syahwat yang selalu menghalangi seseorang dari istiqamah. Oleh karena itulah kita harus waspada terhadap kedua hal ini. Semoga Allah senantiasa memberi kita kemampuan untuk menjauhi penyakit syubhat dan syahwat. 

Diantara bentuk keluar dari istiqamah ialah tasyabbuh (meniru-niru) kaum Yahudi dan Nasrani. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”. (HR. Abu Daud, shahih). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Niscaya kamu akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai sekiranya mereka masuk kedalam lubang Dhob (sejenis biawak) tentu kamu akan mengikuti mereka” (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini menunjukkan betapa “bersemangatnya” kaum muslimin dalam mengikuti tradisi kaum Yahudi dan Nasrani., ketahuilah bahwasanya orang-orang yang dimurkai ialah kaum Yahudi, dan orang-orang yang sesat ialah kaum Nasrani. Kaum Yahudi dimurkai karena mereka memiliki kitab, memiliki ilmu, namun tidak diamalkan. Sedangkan kaum Nasrani dimurkai karena mereka ahli ibadah, namun tanpa diiringi dengan ilmu hingga terjerumus dalam berbagai bentuk tata cara ibadah yang tidak disyariatkan oleh Allah Ta’ala . Oleh karena itu diantara bentuk menghindari tasyabbuh dengan kedua golongan tersebut, ialah berilmu dan mengamalkan ilmu tersebut.

Wallahu A'lam

Di antara ucapan-ucapan yang mengandung barakah adalah dzikir kepada Allah dan membaca Al Qur'an. Tidak tersamar lagi bagi seorang Muslim bahwa dengan dzikir dan membaca Al Qur'an seorang hamba dapat memperoleh kebaikan serta barakah yang banyak. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

Sesungguhnya Allah memiliki para Malaikat yang biasa berkeliling di jalan mencari orang-orang yang berdzikir. Jika mereka mendapatkan suatu kaum yang berdzikir kepada Allah, mereka pun saling memanggil : "Kemarilah pada apa yang kalian cari (hajat kalian)."

Maka para Malaikat pun menaungi mereka dengan sayap mereka sampai ke langit dunia. Lalu Allah 'azza wa jalla bertanya kepada para Malaikat itu sedangkan Allah Maha Tahu : "Apa yang diucapkan para hamba-Ku?"

Para Malaikat menjawab : "Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan memuji Engkau."

Allah bertanya : "Apakah mereka melihat Aku?"

Para Malaikat tersebut menjawab : "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat Engkau."

Allah bertanya lagi : "Bagaimana sekiranya jika mereka melihat Aku?"

Para Malaikat menjawab : "Sekiranya mereka melihat Engkau, niscaya mereka tambah bersemangat beribadah kepada-Mu dan lebih banyak memuji serta bertasbih kepada-Mu."

Allah bertanya : "Apa yang mereka minta?"

Para Malaikat menjawab :"Mereka minta Surga kepada-Mu."

Allah bertanya : "Apakah mereka pernah melihat Surga?"

Para Malaikat menjawab : "Sekiranya mereka pernah melihatnya, niscaya mereka lebih sangat ingin untuk mendapatkannya dan lebih bersungguh-sungguh memintanya serta sangat besar keinginan padanya."

Allah bertanya : "Dari apa mereka minta perlindungan?"

Para Malaikat menjawab : "Dari neraka."

Allah bertanya : "Apakah mereka pernah melihatnya?"

Para Malaikat menjawab : "Tidak, demi Allah, mereka belum pernah melihatnya."

Allah bertanya : "Bagaimana kalau mereka melihatnya?"

Para Malaikat menjawab : "Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka tambah menjauh dan takut darinya."

Allah berfirman : "Aku persaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka."

Seorang di antara Malaikat berkata : "Di antara mereka ada si Fulan yang tidak termasuk dari mereka (orang-orang yang berdzikir), dia hanya datang karena ada keperluan."

Allah berfirman : "Tidak akan celaka orang yang duduk bermajelis dengan mereka (majelis dzikir)."

(HR. Bukhari)

Wallahu A'lam

“Kita bekerja bukan untuk memenuhi obsesi pribadi melainkan untuk ibadah. Kita harus ikhlas menjalani seluruh amal baik. Proyek Allah akan dibiayai Allah manusia hanya bisa menjalankannya.” Tetap semangat Yakinlah Allah bersama kita yang akan senantiasa menolong kita. diberengi dengan usaha dan doa yang membutuhkan waktu ekstra dan cukup menguras tenaga untuk mengoptimalkan segala kemampuan dalam diri untuk mendapatkan hasil yang terbaik pastinya.

Kadang kita merasa jenuh dengan aktifitas kita yang lumayan padat, harapannya bisa mengoptimalkan apa yang menjadi amanahnya. Karena amanh itu tidak diminta tetapi diberi, Allah memberikan amanah itu memang sudah tanggung jawab kita mau ataupun tidak mau , serta dilaksanakan semampunya untuk menjalani amanah itu.
 

"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" Al Ahzab : 72 - 73

Walaupun tidak mudah seperti yang dibayangkan, semuanya adalah proses untuk belajar karena dunia ini adalah tempat belajar dan menanam benih sebelum nantinya kita akan memperoleh hasilnya di akherat. medan yang sebenarnya adalah dunia ini sebagai media untuk kita mempersiapkan diri mengahadap kehadirat Ilahi Rabbi guna untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah kita lakukan, sebagai janji kita sebelum dilahirkan dan setelah dilahirkan. 

Kadang rasa putus asa itu muncul, tetapi itu adalah rayuan setan, setan yang senantiasa memberikan harapan-harapan indah tetapi sebenarnya itu hanyalah harapan kosong belaka tidak ada realitanya. Kuncinya adalah tetap istiqomah saudaraku dan memohonlah kepada Allah Karena Allah tidak akan menguji hamba Nya di luar batas kemampuannya. 

Allah adalah tempat memohon dan hanya kepada Allah kita akan kembali. Allah tempat bergantung, bila banyak masalah memohonlah hanya kepada Allah, Bila kita dekat dengan Allah maka apa yang kita inginkan Insya Allah akan Allah kabulkan. Positif thinking bahwa apa yang Allah berikan kepada kita itulah yang terbaik untuk kita. Karena Allah yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, Maha Segalanya,……… 

Kadang atau seringkali kita manusia hanya bisa mengeluh dan sedikit bersyukur padahal banyak sekali nikmat yang Allah berikan kepada kita sejak kita lahir hingga sekarang ini. Tidak terhitung nikmat itu, tetapi kita sebagai hamba Nya berapa waktu yang kita gunakan untuk mengingat Allah bersyukur akan nikmat yang Allah berikan 24 jam/hari berapa menit kita gunakan untuk mengingat Allah. 

sesungguhnya dunia ini hanya sementara semoga kami dapat memanfaatkan sisa umur hidup di dunia ini dengan baik. Senantiasa istiqomah di jalan Nya, karena hanya kepada Nya kita akan kembali. Semoga kita senantiasa diberikan kemudahan dalam menjalani hari-hari di dunia ini untuk mendapatkan ridho Nya. 

Manusia hanya bisa merencanakan, berusaha, berdoa dan berikhtiar selanjutnya hanya Allah Subhanahu Wata'ala yang menentukan semoga kita menjadi salah satu orang-orang yang senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah Allooh berikan, dan semoga diberikan tempat peristirahatan di surga nantinya. Amin… 

Semangat tiada henti, belajar dan terus belajar karena semuanya butuh proses, jatuh bangun suatu hal yang bisa membangun kita untuk menjadi lebih baik,  jangan merasa puas apa yang didapatkan sekarang karena kesempurnaan hanya milik Allah. Semoga senantiasa menjadi pribadi yang tawaduk dijauhkan dari sifat sombong… Amin..

Wallahu A'lam

Orang yang masuk surga ada 3 macam, yaitu: Langsung masuk surga tanpa hisab (dihitung kebaikan dan keburukannya), masuk surga setelah dihisab, dan masuk surga setelah diadzab terlebih dahulu di neraka. Tentunya semua orang akan mengidam-idamkan masuk surga tanpa harus masuk neraka. Tapi bagaimana caranya? Mungkin ini adalah pertanyaan yang terlintas di benak setiap orang secara spontan begitu membaca judul ini.

Sempurnakan Tauhid !

Agar masuk surga tanpa hisab, syarat yang harus dipenuhi adalah membersihkan tauhid dari noda-noda syirik, bid’ah, dan maksiat. Alloh berfirman, “Sesungguhnya Ibrohim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Alloh dan hanif (lurus). Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Rabb).” (An Nahl: 120). Dalam ayat ini, Alloh memuji nabi Ibrohim dengan menyebutkan empat sifat, yang apabila keempat sifat ini ada pada diri seorang insan, maka ia berhak mendapatkan balasan yang tertinggi, yaitu masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.

Mencontoh Para Nabi Dalam Bertauhid

Di dalam Al Qur’an Alloh memberikan uswah (teladan) kepada kita pada dua sosok manusia yaitu Nabi Ibrohim dan Nabi Muhammad ‘alaihimashsholaatu was salaam. Alloh berfirman, “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrohim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Alloh, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Alloh saja’.” (Al Mumtahanah: 4)

Perhatikanlah, Ibrohim ‘alaihis salam menjadi teladan dengan memurnikan tauhid dengan cara berlepas diri dari kesyirikan. Dalam ayat selanjutnya, Alloh berfirman, “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrohim dan umatnya) ada teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Alloh dan (keselamatan pada) hari kemudian.” (QS. Al Mumtahanah: 6). Tidak diragukan lagi, balasan yang paling besar dan keselamatan yang dimaksud adalah masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Itulah keselamatan yang hakiki yang dinanti oleh setiap jiwa yang pasti akan merasakan mati.

Alloh juga berfirman tentang Nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh.” (Al Ahzab: 21). Nabi Muhammad adalah orang yang paling paham tentang tauhid, maka orang yang hendak mempraktekkan tauhid dalam dirinya harus mencontoh ajaran beliau. Ya Alloh, masukkanlah kami dalam golongan orang yang mengharap rahmat-Mu dan banyak menyebut-Mu.

Patuh Terhadap Perintah Alloh

Nabi Ibrohim adalah seorang yang sangat patuh kepada Alloh, teguh dalam ketaatannya dan senantiasa berada dalam ketundukannya, apapun keadaannya. Buktinya ketika beliau diuji dengan perintah untuk menyembelih putra kesayangannya, beliau pun tetap patuh melaksanakannya (Qoulul Mufid karya Syaikh Al Utsaimin). Begitu juga keturunannya, pemimpin para Nabi, Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, hamba Alloh yang paling taat. Alloh berfirman, “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya?” (Az Zumar: 9)

Keluar dari Kegelapan Syirik Menuju Cahaya Tauhid

Ibnul Qoyyim mengatakan, “Hanif adalah menujukan ibadah hanya kepada Alloh (tauhid) dan berpaling dari peribadatan kepada selain-Nya (syirik).” (Fathul Majid). Inilah sifat orang yang akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, yakni betul-betul menjaga kemurnian tauhidnya dengan berpaling sejauh-jauhnya dari kesyirikan dengan segala macam pernak-perniknya. Mujahid berkata, “Nabi Ibrohim adalah seorang imam walaupun beliau beriman seorang diri di tengah kaumnya yang kafir.” (Tafsir Ibnu Katsir, An Nahl: 120). Maksudnya beliau adalah sosok yang selamat dari kesyirikan baik dalam perkataan, perbuatan, maupun keyakinan.” (Al Jadid karya syaikh Al Qor’awi). Maka untuk memurnikan tauhid, kita harus berpaling dari syirik dan pelakunya.

Tawakkal Kepada Alloh, Itu Kuncinya

Mari kita simak sabda Nabi yang paling kita cintai dan sangat mencintai umatnya, Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam tentang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Beliau bersabda, “Beberapa umat ditampakkan kepadaku, lalu kulihat seorang nabi bersama beberapa orang, ada seorang nabi bersama satu atau dua orang, dan ada seorang nabi yang tidak disertai siapapun. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku satu golongan dalam jumlah yang amat banyak, sehingga aku mengira mereka adalah umatku. Maka ada yang memberitahukan kepadaku, ‘Ini adalah Musa dan kaumnya.’ Aku melihat lagi, ternyata di sana ada jumlah yang lebih banyak lagi. Ada yang memberitahukan kepadaku, ‘Itulah umatmu, tujuh puluh ribu orang di antara mereka masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.’ Kemudian beliau bangkit dan masuk rumah. Maka orang-orang berkumpul bersama orang-orang yang sudah berkumpul. Sebagian mereka mengatakan, ‘Barangkali mereka adalah para sahabat Rosululloh shalAllohu ‘alaihi wa sallam.’ Sebagian yang lain mengatakan, ‘Boleh jadi mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak menyekutukan sesuatu pun beserta Alloh.’ Mereka pun mengatakan banyak hal. Lalu Rosululloh shalAllohu ‘alaihi wa sallam keluar menemui mereka dan mereka memberitahukan kepada beliau. Maka beliau bersabda, ‘Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak meminta untuk (berobat dengan cara) disundut dengan api, dan tidak melakukan tathayyur, serta mereka bertawakal kepada Alloh.’ Lalu ‘Ukkasyah bin Mihshon berdiri dan berkata, ‘Berdo’alah kepada Alloh agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka.’ Beliau bersabda, ‘Engkau termasuk golongan mereka.’ Kemudian ada orang lain berdiri dan berkata, ‘Berdo’alah kepada Alloh agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka.’ Beliau bersabda, ‘Engkau sudah didahului ‘Ukasyah.’” (HR. Al Bukhori dan Muslim)

Di antara pelajaran paling berharga yang bisa dipetik dari hadits ini adalah bahwa tidak meminta ruqyah, tidak berobat dengan cara disundut dengan besi panas (kayy), dan tidak menganggap akan mengalami kesialan setelah mendengar atau melihat sesuatu (tathoyyur) merupakan wujud dan realisasi dari tawakkal kepada Alloh. Karena itulah Rosululloh menganjurkan kepada umatnya agar tidak melakukan ketiga hal tersebut, karena pengaruh ruqyah dan kayy yang sangat kuat sehingga dikhawatirkan seorang hamba menggantungkan harapan kesembuhannya kepada cara pengobatan tersebut dan bukannya bersandar kepada Alloh. Khusus untuk tathoyyur maka hukumnya tidak diperbolehkan. Kesimpulannya, keadaan orang yang akan masuk surga sangat tergantung dari kadar tawakkal setiap orang, semakin tinggi tingkat tawakkalnya semakin tinggi pula tingkat kesempurnaan tauhidnya. Allohlah tempat kita bersandar dan menyerahkan urusan.  

Wallohu a’lam.