Sebahagian kita merasa bahwa beribadah itu melelahkan, sehingga ada yang tak melakukannnya. Padahal kalau seluruh ibadah yang telah dilakukan, dikumpulkan, dan digunakan sebagai penebus bagi segala rahmat Allah yang dinikmati setiap saat, sungguh jauh dari kecukupannya. Apalagi sebahagian orang melaksanakan ibadah harian dan tahunannya dengan tidak ikhlas dan asal jadi. 

Lantas dengan apa manusia harus membayar rahmat yang telah dinikmati setiap saat...?

Sama sekali tak mungkin membayar segala pemberian Allah siang dan malam. Jumlahnya tak terhitung, mulai dari kesehatan mata dalam melihat, kesehatan telinga dalam mendengar, kesehatan hidung dalam mencium, kesehatan kulit untuk membalut daging, kesehatan kaki untuk berjalan, kesehatan paru-paru untuk bernafas, kesehatan otak untuk berpikir, dan lain-lain. Sepadankah harga shalat tersebut untuk ditukarkan dengan satu jam kenikmatan mata, misalnya? 

Pasti sama sekali tidak.

Karena itu, sewajarnya kita bersyukur sebanyak-banyaknya kepada Allah, mematuhi segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Allah telah memberi kasih sayangNya sebelum kita meminta, memberi karuniaNya meskipun bagi manusia ingkar, dan senantiasa membuka tanganNya untuk menerima taubat. 

Sungguh amat memalukan bila tidak bersyukur, tidak beribadah, dan tidak berbuat baik, sedangkan rahmat Allah dinikmati setiap saat. Bila tidak bersyukur, maka siapapun sebenarnya sudah masuk perangkap iblis, sebagaimana janjinya kepada Allah untuk memerangkapkan manusia agar tidak bersyukur dan tidak menuruti jalan Allah. 

“Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka (manusia) dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”’ (QS. Al A’raaf: 16-17).

0 comments