"Memperhatikan kebesaran Allah Subhanahu Wata'ala dan membiasakan diri tetap lurus istiqomah"


Istikamah (istiqamah) menurut istilah bahasa ialah konsisten. Istikamah artinya teguh hati untuk mencintai dan beribadah kepada Allah, tidak menoleh dari-Nya ke kiri atau ke kanan. Istikamah merupakan kata yang mengandung banyak makna, meliputi berbagai sisi agama, yaitu berdiri di hadapan Allah secara hakiki dan memenuhi janji. Istiqamah berkaitan dengan perkataan, perbuatan, dan niat. Rasulullah saw. memerintahkan kepada kita agar mencapai istikamah, yaitu jalan yang lurus dan niat yang benar dalam perkataan dan perbuatan. Isitikamah dalam beribadah jika dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari akan mendapatkan manfaat yang banyak. Tetapi, untuk mencapai istikamah, kita perlu berjuang dan membiasakan diri dalam beribadah, melalui perjuangan membiasakan diri dalam beribadah, yang insya Allaah nantinya akan dapat mencapai tingkat istikamah dengan sendirinya. 

Seseorang yang di dalam kesehariannya tidak ada upaya untuk membiasakan diri dalam melakukan ibadah, maka tidak akan menemui apa yang disebut istikamah. Untuk menuju ibadah yang istikamah, kita perlu mempraktikannya sedikit demi sedikit. Kita laksanakan ibadah yang wajib dengan tertib. Setelah itu kita tingkatkan lagi dengan melaksanakan ibadah yang wajib tepat pada waktunya. Untuk mencapai kestabilan dalam mempertahankan ibadah wajib ini, kita juga perlu perjuangan dan perlu membiasakan. Tidak bisa seseorang itu langsung sempurna dalam istikamahnya, apalagi orang yang baru melaksanakan syariat. Setelah itu, jika sudah mampu merutinkan beribadah wajib dengan disiplin dan tepat waktu, kita perlu meningkatkan kepada ibadah sunah. Ini pun perlu dilaksanakan sedikit demi sedikit. Karena, jika seseorang mengambil ibadah sunah langsung kebanyakan, dikhawatirkan tidak kuat dan justru akan mengganggu ibadah yang wajib. Jika amalan sunah ini dijalankan dengan baik dan sudah stabil, seseorang sudah mulai menginjak tingkatan istikamah.

Dengan istikamah itu, kita akan mendapat pertolongan dari Allah. Beribadah secara istikamah dapat membuahkan iman dan akhlak yang mulia. Kemantapan iman bagi seseorang yang telah mencapai istikamah akan sangat membekas di dalam hatinya. Hati kita menjadi mantap dan merasakan ketenangan di dalam jiwa. Keadaan ini akan mengantarkan kita kepada peningkatan diri di dalam membersihkan kotoran batin. Dengan semakin dikikisnya kotoran batin kita, hati kita akan semakin jernih, hingga akhirnya mencapai hati yang benar-benar jernih, bebas dari berbagai macam kekotoran. Inilah keadaan yang dicita-citakan setiap orang, yaitu orang yang bersih hatinya. 

Beribadah secara istikamah juga mengantarkan kita agar sentiasa merasakan kelezatan di dalam menjalankan ibadah. Karena, ibadah yang kita lakukan dengan hati dan jiwa secara istikamah akan dirasakan manis dan lezat bagi hati dan jiwa itu. Itulah sebabnya beribadah sedikit tapi istikamah lebih disukai oleh Allah daripada beribadah banyak tapi tidak istikamah. Beribadah secara istikamah walaupun sedikit memiliki dampak atau pengaruh yang sangat kuat bagi hati dan jiwa. Kita bisa melihat perbandingan beberapa keadaan sebagai contoh. Kita pernah melihat betapa batu yang sangat keras bisa berlubang karena titik-titik air dari atas jatuh menimpanya dalam waktu yang lama. Kita sulit membayangkan bahwa batu itu dapat berlubang sekaligus dengan hanya beberapa guyuran air yang melimpah. Untuk mencapai istikamah, seseorang tidak harus memaksakan dirinya melaksanakan apa yang tidak sanggup untuk dilaksanakan. Tetapi, laksanakanlah apa yang mampu untuk diamalkan. Rasulullah saw. bersabda, "Lakukan apa yang mampu kamu amalkan. Sesungguhnya Allah tidak jemu sehingga kamu sendiri yang jemu." (HR Bukhari). 

Dengan berusaha mengamalkan ibadah sedikit demi sedikit, seseorang akan bisa melakukan ibadah yang lebih banyak. dengan adanya persiapan, seseorang akan mampu melakukan apa yang dipersiapkan itu. Banyak orang tidak mengetahui betapa besarnya fadilah beristikamah dalam beribadah. Kebanyakan seseorang beramal karena semangat yang hanya bersifat sementara. Apalagi, amalan seseorang itu bukan dari dorongan diri sendiri, tapi karena pengaruh lingkungan, atau dorongan dari luar. Ibadah yang semacam ini sangat sulit untuk mencapai istikamah. Ibadah yang semacam ini hanya akan muncul ketika ada kebutuhan. Ketika seseorang tidak membutuhkan kebutuhan itu, maka seseorang tidak akan melakukannya. Jadi, dorongan melakukan ibadah itu semata-mata karena ada yang dikehendakinya. Maka, bagaimana mungkin seseorang yang beribadah semacam ini dapat mencapai istikamah. 

Dengan beribadah secara istikamah, seseorang akan merasa tenteram hatinya. Tidak merasa gundah dan bersedih hati orang-orang yang telah mencapai istikamah. Allah SWT berfirman, 

 إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ

أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita.

Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.

(Al-Ahqaf: 13-14). 

Semoga kita senantiasa diberikan Keistiqamahan oleh Allah Subhanahu Wata'ala 

Wallahu A'lam

0 comments